![]() |
Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud Supriano. Foto/Dok/SINDOnewsKabar Pendidikan - Kemendibud kembali menggelar Pemilihan Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi dan Berdedikasi. Guru adalah kunci pembangunan manusia dan melalui lomba ini akan dipilih guru yang terbaik kualitas dan kompetensinya.
Dengan demikian pengadaan lomba pemilihan gelar dan tenaga kependidikan menunjukan sebagai Guru yang berprestasi sehingga mampu menganangi dan membina serta mendidik pelajar dengan sebaik mungkin. untuk itu, melalui menggelarnya Pemilihan Guru Dan Tenaga Kependidikan Berprestasi Dan Berdedikasi untuk meningkatkannya dalam aktivitas belajar saat mengajar disekolah.
Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud Supriano mengatakan, keteladanan GTK bagi murid dan lingkungannya merupakan kunci sukses dalam pencerdasan kehidupan bangsa. Oleh karena itu imbuhnya, di tengah fokus pemerintah untuk membangun kualitas sumber daya manusia, langkah-langkah meningkatkan guru dan tenaga kependidikan juga harus terus dipacu. Hal inilah yang melatarbelakangi Kemendikbud untuk kembali menggelar Pemilihan Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi dan Berdedikasi di tahun 2019.
“Acara Pemilihan Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi dan Berdedikasi digelar Kemendikbud sebagai langkah konkret menyukseskan visi pemerintah yang kini berfokus pada pembangunan manusia dan semangat HUT ke-74 RI SDM Unggul Indonesia Maju. Karena guru yang berprestasi dan berdedikasi, bisa menjadi contoh dan teladan bagi murid dan lingkungan ekosistem pendidikannya,” katanya saat konferensi pers di kantor Kemendikbud, Senin (12/8/2019).
Kemendikbud kembali menggelar Pemilihan Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi dan Berdedikasi. Dengan Tujuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan menggelar Pemilihan Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi. Hasil inovasi belajar para guru dan tendik berprestasi ini akan dijadikan sebagai best practices bagi guru lainnya.
Hasilnya dari inovasi mereka ini kami jadikan Best Prakctices, karena pengalaman tahun lalu banyak inovasi-inovasi yang mereka hasilkan dan banyak kreativitas yang mereka buat cukup baik ," kata Direktur Jenderal (Dirjen) GTK Kemendikbud, Supriano di Gedung Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Senin, 12 Agustus 2019. Untuk menilai guru berprestasi, Kemendikbud tidak hanya fokus pada kompetensi teknis dan akademis. Tiga kompetensi lain yaitu sosial, profesionalitas, dan wawasan kependidikan, juga akan dinilai. Uji kemampuan tersebut juga tak hanya dilakukan monoton melalui tes tertulis. Dalam beberapa rangkaian kegiatan para guru dan tenaga kependidikan juga diminta membuat video aktivitasnya selama mengajar di sekolah untuk diunggah secara daring. Selain itu, ada juga aktivitas permainan dan tugas kelompok. Sistem pelatihan tersebut kata Supriano menggunakan sistem 5 in 3 on. Sistem tersebut kata mantan direktur pembinaan SMK Kemendikbud ini bakal digalakkan. Mengingat selama ini tidak ada pengawasan terhadap tindak lanjut hasil pelatihan.
"Ini yang sekarang kami galakkan, jadi selama ini tingkat pusat, mereka begitu selesai siapa yang menjamin mereka kembali ke sekolah benar-benar dilaksanakan, siapa juga yang menjamin KI KD (Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar) itu berjalan," jelasnya.
Supriano menjelaskan, sistem 5 in dan 3 on. In pertama adalah refleksi. Terdapat dua sumber refleksi. Pertama internal melihat masalah internal. "Ini yang namanya pelatihan dengan sistem supervisi klinis, jadi pelatihan ini ketika mereka in pertama kumpul, melihat masalah apa yang sekolah alami di zona," ucapnya.
Sumber kedua melihat hasil Ujian Nasional (Unas). Semua mata pelajaran yang diujikan di telaah dan diskusikan. Dengan lebih tepat sasaran apa yang menjadi kekurangan.
"Misalnya dulu matematika semua materi, matematika ini di SMP masalahnya apa, dilihat lagi tentang apa, geometrik? dasar pelatihan digunakan untuk kompetensi pembelajaran," terangnya.
Setelah in 1 selesai lanjut Supriano, masuk ke In 2 yakni membuat RPP, kemudian masuk On 1 melakukan pengajaran di kelas, evaluasi dan diskusi. Pada In 3 dilakukan perbaikan dari hasil On 1.
Masuk lagi On 2, ada masalah didiskusikan pada In 4, begitu In 4 diperbaiki lagi pembelajarannya dan diskusi bersama masuk on 3. On 3 selesai, masuk In 5. Nantinya di In 5 akan ditulis sebagai best practice-nya.
"Ini model pelatihan yang kami lakukan sekarang, pertama 5 in 3 on, berkelanjutan totalnya 24 jam," ucapnya.
Suprianno mengungkapkan, hasil inovasi guru dan tenaga kerja kependidikan berprestasiakan menjadi best practices, untuk didiseminasikan di zona-zona dengan sistem berbasis Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).
"Ini perubahan, kami mendorong kepada guru tenaga kependidikan untuk melakukan inovasi agar bisa disebarkan melalui pelatihan berikutnya," ujarnya.
Gelaran Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi akan dilaksanakan pada 13-16 Agustus 2019. Tercatat sebanyak 694 peserta dari 34 provinsi ambil bagian. Peserta terdiri dari unsur guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga kependidikan yang merupakan hasil seleksi berjenjang dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, kemudian nasional.
Pada tahun ini mata lomba dibagi menjadi 28 kategori. Kategori tersebut memisahkan tiap jabatan fungsional dan jenjang pendidikan.
“Jadi akan ada kategori Guru, Kepala Sekolah, Pengawas jenjang TK, SD, SMP, SMA, SMK, Berprestasi, sesuai fungsi dan jenjang pendidikannya. Termasuk Guru Berprestasi Sekolah Luar Biasa dan sekolah inklusi lain,” katanya.
Hal tersebut menurut Supriano penting karena para guru di lapangan tidak bisa hanya mengandalkan kemampuan hafalan. Tapi juga harus mampu memicu diskusi dan melakukan transfer ilmu pengetahuan dengan cara-cara yang kritis sekaligus menyenangkan.
“Dari aktivitas yang beragam, akan kelihatan kemampuan para guru bekerja sama, berkomunikasi, pemecahan masalah, dan literasi digital. Termasuk kedalaman pemahamannya terkait kebijakan pendidikan, perundang-undangan pendidikan, sampai rasa nasionalisme, dan cinta Tanah Air,” ujar Supriano
Selain mengapresiasi guru dengan kompetensi komplit layaknya dijabarkan di atas, terdapat pula kategori guru berdedikasi di daerah khusus. Mereka yang tergabung dalam kategori ini adalah guru yang menjalankan peran dan fungsinya di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
“Kami menyebut kategori ini sebagai daerah khusus. Dalam kategori ini yang dinilai bukan sekedar prestasi, kemudian juga ketegori berdedikasi, dimana para guru yang mengabdi di daerah 3T mendapat apresiasi dari negara,” katanya.
Sesdirjen GTK Kemendikbud Wisnu Aji mengatakan, lomba ini adalah sebagai bentuk apresiasi kepada GTK yang berprestasi dan berdedikasi dari pemerintah pusat. Wisnu menjelaskan, total GTK yang mengikuti lomba ini ada 908orang dari 34 provinsi.
Peserta terdiri dari unsur guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga kependidikan yang merupakan hasil seleksi berjenjang dari tingkat kabupaten/kota, provinsi kemudian nasional. Dia menjelaskan, tahun ini mata lomba dibagi menjadi 28 kategori. Kategori tersebut memisahkan tiap jabatan fungsional dan jenjang pendidikan
( Utuma )
Kabar Pendidikan - Kemendibud kembali menggelar Pemilihan Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi dan Berdedikasi. Guru adalah kunci pembangunan manusia dan melalui lomba ini akan dipilih guru yang terbaik kualitas dan kompetensinya.
Dengan demikian pengadaan lomba pemilihan gelar dan tenaga kependidikan menunjukan sebagai Guru yang berprestasi sehingga mampu menganangi dan membina serta mendidik pelajar dengan sebaik mungkin. untuk itu, melalui menggelarnya Pemilihan Guru Dan Tenaga Kependidikan Berprestasi Dan Berdedikasi untuk meningkatkannya dalam aktivitas belajar saat mengajar disekolah.
Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud Supriano mengatakan, keteladanan GTK bagi murid dan lingkungannya merupakan kunci sukses dalam pencerdasan kehidupan bangsa. Oleh karena itu imbuhnya, di tengah fokus pemerintah untuk membangun kualitas sumber daya manusia, langkah-langkah meningkatkan guru dan tenaga kependidikan juga harus terus dipacu. Hal inilah yang melatarbelakangi Kemendikbud untuk kembali menggelar Pemilihan Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi dan Berdedikasi di tahun 2019.
“Acara Pemilihan Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi dan Berdedikasi digelar Kemendikbud sebagai langkah konkret menyukseskan visi pemerintah yang kini berfokus pada pembangunan manusia dan semangat HUT ke-74 RI SDM Unggul Indonesia Maju. Karena guru yang berprestasi dan berdedikasi, bisa menjadi contoh dan teladan bagi murid dan lingkungan ekosistem pendidikannya,” katanya saat konferensi pers di kantor Kemendikbud, Senin (12/8/2019).
Kemendikbud kembali menggelar Pemilihan Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi dan Berdedikasi. Dengan Tujuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan menggelar Pemilihan Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi. Hasil inovasi belajar para guru dan tendik berprestasi ini akan dijadikan sebagai best practices bagi guru lainnya.
Hasilnya dari inovasi mereka ini kami jadikan Best Prakctices, karena pengalaman tahun lalu banyak inovasi-inovasi yang mereka hasilkan dan banyak kreativitas yang mereka buat cukup baik ," kata Direktur Jenderal (Dirjen) GTK Kemendikbud, Supriano di Gedung Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Senin, 12 Agustus 2019.
Untuk menilai guru berprestasi, Kemendikbud tidak hanya fokus pada kompetensi teknis dan akademis. Tiga kompetensi lain yaitu sosial, profesionalitas, dan wawasan kependidikan, juga akan dinilai. Uji kemampuan tersebut juga tak hanya dilakukan monoton melalui tes tertulis. Dalam beberapa rangkaian kegiatan para guru dan tenaga kependidikan juga diminta membuat video aktivitasnya selama mengajar di sekolah untuk diunggah secara daring. Selain itu, ada juga aktivitas permainan dan tugas kelompok.
Sistem pelatihan tersebut kata Supriano menggunakan sistem 5 in 3 on. Sistem tersebut kata mantan direktur pembinaan SMK Kemendikbud ini bakal digalakkan. Mengingat selama ini tidak ada pengawasan terhadap tindak lanjut hasil pelatihan.
"Ini yang sekarang kami galakkan, jadi selama ini tingkat pusat, mereka begitu selesai siapa yang menjamin mereka kembali ke sekolah benar-benar dilaksanakan, siapa juga yang menjamin KI KD (Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar) itu berjalan," jelasnya.
Supriano menjelaskan, sistem 5 in dan 3 on. In pertama adalah refleksi. Terdapat dua sumber refleksi. Pertama internal melihat masalah internal. "Ini yang namanya pelatihan dengan sistem supervisi klinis, jadi pelatihan ini ketika mereka in pertama kumpul, melihat masalah apa yang sekolah alami di zona," ucapnya.
Sumber kedua melihat hasil Ujian Nasional (Unas). Semua mata pelajaran yang diujikan di telaah dan diskusikan. Dengan lebih tepat sasaran apa yang menjadi kekurangan.
"Misalnya dulu matematika semua materi, matematika ini di SMP masalahnya apa, dilihat lagi tentang apa, geometrik? dasar pelatihan digunakan untuk kompetensi pembelajaran," terangnya.
Setelah in 1 selesai lanjut Supriano, masuk ke In 2 yakni membuat RPP, kemudian masuk On 1 melakukan pengajaran di kelas, evaluasi dan diskusi. Pada In 3 dilakukan perbaikan dari hasil On 1.
Masuk lagi On 2, ada masalah didiskusikan pada In 4, begitu In 4 diperbaiki lagi pembelajarannya dan diskusi bersama masuk on 3. On 3 selesai, masuk In 5. Nantinya di In 5 akan ditulis sebagai best practice-nya.
"Ini model pelatihan yang kami lakukan sekarang, pertama 5 in 3 on, berkelanjutan totalnya 24 jam," ucapnya.
Suprianno mengungkapkan, hasil inovasi guru dan tenaga kerja kependidikan berprestasiakan menjadi best practices, untuk didiseminasikan di zona-zona dengan sistem berbasis Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).
"Ini perubahan, kami mendorong kepada guru tenaga kependidikan untuk melakukan inovasi agar bisa disebarkan melalui pelatihan berikutnya," ujarnya.
Gelaran Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi akan dilaksanakan pada 13-16 Agustus 2019. Tercatat sebanyak 694 peserta dari 34 provinsi ambil bagian. Peserta terdiri dari unsur guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga kependidikan yang merupakan hasil seleksi berjenjang dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, kemudian nasional.
Pada tahun ini mata lomba dibagi menjadi 28 kategori. Kategori tersebut memisahkan tiap jabatan fungsional dan jenjang pendidikan.
“Jadi akan ada kategori Guru, Kepala Sekolah, Pengawas jenjang TK, SD, SMP, SMA, SMK, Berprestasi, sesuai fungsi dan jenjang pendidikannya. Termasuk Guru Berprestasi Sekolah Luar Biasa dan sekolah inklusi lain,” katanya.
"Ini yang sekarang kami galakkan, jadi selama ini tingkat pusat, mereka begitu selesai siapa yang menjamin mereka kembali ke sekolah benar-benar dilaksanakan, siapa juga yang menjamin KI KD (Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar) itu berjalan," jelasnya.
Supriano menjelaskan, sistem 5 in dan 3 on. In pertama adalah refleksi. Terdapat dua sumber refleksi. Pertama internal melihat masalah internal. "Ini yang namanya pelatihan dengan sistem supervisi klinis, jadi pelatihan ini ketika mereka in pertama kumpul, melihat masalah apa yang sekolah alami di zona," ucapnya.
Sumber kedua melihat hasil Ujian Nasional (Unas). Semua mata pelajaran yang diujikan di telaah dan diskusikan. Dengan lebih tepat sasaran apa yang menjadi kekurangan.
"Misalnya dulu matematika semua materi, matematika ini di SMP masalahnya apa, dilihat lagi tentang apa, geometrik? dasar pelatihan digunakan untuk kompetensi pembelajaran," terangnya.
Setelah in 1 selesai lanjut Supriano, masuk ke In 2 yakni membuat RPP, kemudian masuk On 1 melakukan pengajaran di kelas, evaluasi dan diskusi. Pada In 3 dilakukan perbaikan dari hasil On 1.
Masuk lagi On 2, ada masalah didiskusikan pada In 4, begitu In 4 diperbaiki lagi pembelajarannya dan diskusi bersama masuk on 3. On 3 selesai, masuk In 5. Nantinya di In 5 akan ditulis sebagai best practice-nya.
"Ini model pelatihan yang kami lakukan sekarang, pertama 5 in 3 on, berkelanjutan totalnya 24 jam," ucapnya.
Suprianno mengungkapkan, hasil inovasi guru dan tenaga kerja kependidikan berprestasiakan menjadi best practices, untuk didiseminasikan di zona-zona dengan sistem berbasis Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).
"Ini perubahan, kami mendorong kepada guru tenaga kependidikan untuk melakukan inovasi agar bisa disebarkan melalui pelatihan berikutnya," ujarnya.
Gelaran Guru dan Tenaga Kependidikan Berprestasi akan dilaksanakan pada 13-16 Agustus 2019. Tercatat sebanyak 694 peserta dari 34 provinsi ambil bagian. Peserta terdiri dari unsur guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga kependidikan yang merupakan hasil seleksi berjenjang dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, kemudian nasional.
Pada tahun ini mata lomba dibagi menjadi 28 kategori. Kategori tersebut memisahkan tiap jabatan fungsional dan jenjang pendidikan.
“Jadi akan ada kategori Guru, Kepala Sekolah, Pengawas jenjang TK, SD, SMP, SMA, SMK, Berprestasi, sesuai fungsi dan jenjang pendidikannya. Termasuk Guru Berprestasi Sekolah Luar Biasa dan sekolah inklusi lain,” katanya.
Hal tersebut menurut Supriano penting karena para guru di lapangan tidak bisa hanya mengandalkan kemampuan hafalan. Tapi juga harus mampu memicu diskusi dan melakukan transfer ilmu pengetahuan dengan cara-cara yang kritis sekaligus menyenangkan.
“Dari aktivitas yang beragam, akan kelihatan kemampuan para guru bekerja sama, berkomunikasi, pemecahan masalah, dan literasi digital. Termasuk kedalaman pemahamannya terkait kebijakan pendidikan, perundang-undangan pendidikan, sampai rasa nasionalisme, dan cinta Tanah Air,” ujar Supriano
Selain mengapresiasi guru dengan kompetensi komplit layaknya dijabarkan di atas, terdapat pula kategori guru berdedikasi di daerah khusus. Mereka yang tergabung dalam kategori ini adalah guru yang menjalankan peran dan fungsinya di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
“Kami menyebut kategori ini sebagai daerah khusus. Dalam kategori ini yang dinilai bukan sekedar prestasi, kemudian juga ketegori berdedikasi, dimana para guru yang mengabdi di daerah 3T mendapat apresiasi dari negara,” katanya.
Sesdirjen GTK Kemendikbud Wisnu Aji mengatakan, lomba ini adalah sebagai bentuk apresiasi kepada GTK yang berprestasi dan berdedikasi dari pemerintah pusat. Wisnu menjelaskan, total GTK yang mengikuti lomba ini ada 908orang dari 34 provinsi.
Peserta terdiri dari unsur guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, dan tenaga kependidikan yang merupakan hasil seleksi berjenjang dari tingkat kabupaten/kota, provinsi kemudian nasional. Dia menjelaskan, tahun ini mata lomba dibagi menjadi 28 kategori. Kategori tersebut memisahkan tiap jabatan fungsional dan jenjang pendidikan
( Utuma )
( Utuma )
Tags
pendidikan